Senja di planet dua bintang Tatooine, seperti dalam film Star Wars.
Planet layak huni seperti Bumi mungkin saja terdapat di sebuah sistem tata surya dengan dua bintang (binary system atau bintang ganda). Demikian diungkapkan Billy Quarles, mahasiswa doktoral Universitas Texas di Arlington dalam American Astronomical Society, Senin (9/1/2012).
Quarles menyampaikan kemungkinan tersebut berdasarkan hasil simulasi komputer pada Kepler 16, sistem yang memiliki dua bintang, di mana satu lebih redup serta yang lain lebih terang. Pada sistem tersebut, September 2011 lalu, ditemukan planet gas raksasa seukuran Saturnus bernama Kepler 16b.
Simulasi dimulai dengan menentukan letak zona layak huni pada sistem itu, daerah yang pas, tak terlalu panas maupun dingin, memungkinkan adanya air dan kehidupan. Hasilnya, zona layak huni diperkirakan ada pada jarak 55-106 juta kilometer dari bintang.
Quarles mengatakan, Kepler 16b memang merupakan planet gas raksasa sehingga tak mungkin dihuni. Namun, mungkin saja planet itu memiliki Bulan yang mendukung kehidupan.
"Kita bisa mengatakan bahwa bulan ekstrasurya mungkin berada di dekat Kepler 16b, dan yang penting dari ini adalah mereka bisa dideteksi hingga pada ukuran 0,2 massa Bumi," ungkap Quarles seperti dikutip National Geographic, Senin.
Saat ini, memang belum bisa dibuktikan bahwa ada Bulan di dekat Kepler 16b. Namun, berdasarkan simulasi, Bulan mungkin bisa terbentuk.
Bagaimana bisa? Berdasarkan model, planet yang berada di dekat bintang yang lebih terang telah terlempar dari orbitnya sejak lama. Gravitasi Kepler 16b bisa menarik planet tersebut hingga berada di dekatnya dan bergerak mengelilinginya. Alhasil, planet yang terlempar berubah status, dari bintang jadi Bulan.
Deteksi bulan layak huni bisa dilakukan dengan wahana antariksa Kepler. Caranya, dengan melihat ketidakteraturan dalam orbit Kepler 16b.
Selain hipotesis adanya bulan layak huni, Quarles juga mengatakan bahwa planet layak huni mungkin juga ada di luar zona layak huni.
"Kami memperkirakan bahwa planet ekstrasurya layak huni mungkin saja ada di luar zona layak huni. Ada lebih sedikit cahaya dari bintang yang didapat sehingga planet itu harus mempertahankan panasnya sendiri," papar Quarles seperti dikutip Space, Senin.
Quarles memprediksi, planet itu memiliki atmosfer dengan kadar karbon monoksida dan metana lebih besar.
Hasil simulasi Quarles telah dikirim ke Astrophysical Journal Letters. Meski terdengar mengawang-ngawang atau terlalu science fiction, tapi bukan berarti hal ini tak mungkin.