Dengan sedikit perbaikan, Usain Bolt bisa berlari dengan kecepatan 10,6 meter per detik atau sekitar 38,1 kilometer per jam
Setiap
empat tahun, puncak event olah raga terbesar yakni olimpiade musim
panas adalah lari 100 meter, sebuah lomba adu cepat yang momennya bahkan
bisa terlewatkan oleh Anda hanya akibat berbangkis.
Dalam dua ajang terakhir, yakni di London dan Beijing, atlet yang menjuarai lomba tersebut adalah orang Jamaika bernama Usain Bolt. Bolt sendiri segera disebut sebagai orang paling cepat di planet bumi, dan sampai saat ini belum ada yang bisa merebut predikat tersebut.
Bakat yang dimilikinya adalah karena ia mampu menghasilkan lebih banyak energi tenaga dibandingkan dengan sprinter lain. Meski begitu, ternyata ia juga bisa melakukan hal luar biasa lainnya. Bolt berhasil menemukan cara untuk mengurangi sisi bersilangan di tubuhnya, yang pada efeknya, mampu menurunkan hambatan aerodinamik saat ia berlari.
Temuan ini merupakan hasil studi yang dilakukan di National University of Mexico. Di sana, para peneliti membuat model matematik untuk menganalisa pola berlari Bolt dan peluangnya untuk berlari lebih cepat di lomba-lomba yang akan datang.
Bahkan, dengan sedikit perbaikan dari cara ia berlari di lapangan, orang tercepat di dunia ini bisa memperbaiki rekor dunia yang ia pegang yakni 9,58 detik menjadi 9,46 detik. Penurunan yang sedikit, namun dalam kompetisi di lapangan, ini merupakan selisih yang besar. Dan jika masih ada yang kurang terkesan, kecepatan itu sama dengan 10,6 meter per detik atau rata-rata 38,1 kilometer per jam.
Satu hal lain yang bahkan lebih menarik dari Usain Bolt bukanlah jumlah energi yang ia produksi, tetapi yang ia habiskan. Peneliti menemukan, hanya 7,79 energi saja yang digunakan untuk mendorongnya maju. Artinya, 92,21 persen lainnya dihabiskan untuk mengatasi hambatan udara.
Ini berarti, bagi orang tercepat di dunia - dan juga bagi sprinter lain yang ingin memecahkan rekor dunia - kondisi cuaca, seperti arah angin bertiup di hari mereka berkompetisi, bisa jadi jauh lebih penting dibandingkan dengan seberapa keras atlet tersebut berlatih.
Dalam dua ajang terakhir, yakni di London dan Beijing, atlet yang menjuarai lomba tersebut adalah orang Jamaika bernama Usain Bolt. Bolt sendiri segera disebut sebagai orang paling cepat di planet bumi, dan sampai saat ini belum ada yang bisa merebut predikat tersebut.
Bakat yang dimilikinya adalah karena ia mampu menghasilkan lebih banyak energi tenaga dibandingkan dengan sprinter lain. Meski begitu, ternyata ia juga bisa melakukan hal luar biasa lainnya. Bolt berhasil menemukan cara untuk mengurangi sisi bersilangan di tubuhnya, yang pada efeknya, mampu menurunkan hambatan aerodinamik saat ia berlari.
Temuan ini merupakan hasil studi yang dilakukan di National University of Mexico. Di sana, para peneliti membuat model matematik untuk menganalisa pola berlari Bolt dan peluangnya untuk berlari lebih cepat di lomba-lomba yang akan datang.
Bahkan, dengan sedikit perbaikan dari cara ia berlari di lapangan, orang tercepat di dunia ini bisa memperbaiki rekor dunia yang ia pegang yakni 9,58 detik menjadi 9,46 detik. Penurunan yang sedikit, namun dalam kompetisi di lapangan, ini merupakan selisih yang besar. Dan jika masih ada yang kurang terkesan, kecepatan itu sama dengan 10,6 meter per detik atau rata-rata 38,1 kilometer per jam.
Satu hal lain yang bahkan lebih menarik dari Usain Bolt bukanlah jumlah energi yang ia produksi, tetapi yang ia habiskan. Peneliti menemukan, hanya 7,79 energi saja yang digunakan untuk mendorongnya maju. Artinya, 92,21 persen lainnya dihabiskan untuk mengatasi hambatan udara.
Ini berarti, bagi orang tercepat di dunia - dan juga bagi sprinter lain yang ingin memecahkan rekor dunia - kondisi cuaca, seperti arah angin bertiup di hari mereka berkompetisi, bisa jadi jauh lebih penting dibandingkan dengan seberapa keras atlet tersebut berlatih.
(Dan Stone)