HARTONO Ahmad Jaiz pernah bertanya kepada Dr. Hasan bin Mahmud Audah,
mantan orang kepercayaan Khalifah Ahmadiyah ke-4 Thahir Ahmad, yang
sudah kembali pada Islam. “Apakah benar, nabinya orang Ahmadiyah, Mirza
Ghulam Ahmad Al-Kadzab yang lahir di India 15 Februari 1835 dan mati
pada 26 Mei 1906, itu matinya di kakus (WC)?”
Kemudian Dr. Hasan
bin Mahmud Audah pun menjawab, “Ha…, ha…, haa… itu tidak benar. Mirza
Ghulam Ahmad Al-Kadzab tidak bisa ke WC. Dia meninggal di tempat tidur.
Tetapi berminggu-minggu sebelum matinya dia berak dan kencing di situ.
Jadi tempat tidurnya sangat kotor seperti WC. Karena sakitnya itu,
sampai-sampai dalam sehari dia kencing seratus kali. Makanya,
tanyakanlah kepada orang Ahmadiyah, maukah kamu mati seperti nabimu?”
Dr
Hasan bin Mahmud Audah adalah mantan Muballigh Ahmadiyah dulunya dekat
dengan Thahir Ahmad (Khalifah Ahmadiyah) yang mukim di London.
Pertanyaan di atas diajukan Hartono Ahmad Jaiz seusai berlangsungnya
Seminar Nasional tentang Kesesatan Ahmadiyah dan Bahayanya yang
diselenggarakan LPPI di Masjid Istiqlal Jakarta, Ahad 11 Agustus 2002.
Selain
masalah kematiannya yang menjijikkan, Mirza Ghulam Ahmad Al-Kadzab
menurut Audah punya dua penyakit: jasmani dan akal. Sakit jasmaninya
sudah jelas, berminggu-minggu menjelang matinya tak bisa beranjak dari
tempat tidur, hingga kencing dan berak di tempat tidurnya.
Adapun
sakit akalnya, Mirza Ghulam Ahmad Al-Kadzab mengaku menjadi Maryam,
lalu karena Allah meniupkan ruh kepadanya, maka lahirlah Nabi Isa. Dan
yang dimaksud dengan Nabi Isa itu tak lain adalah diri Mirza Ghulam
Ahmad Al-Kadzab itu sendiri. “Apakah tidak sakit akal itu namanya,” ujar
Dr Hasan Audah yang dulunya mempercayai Mirza Ghulam Ahmad Al-Kadzab,
sehingga sempat membeli sertifikat kuburan surga di Rabwa.