Tidak semua iri itu penyakit hati. Bahkan ada iri yang sangat
dianjurkan. Irilah kepada orang kaya yang dermawan. Irilah kepada orang
berilmu yang mengamalkan ilmunya. Irilah kepada orang yang sering
disakiti dan direndahkan tetapi mudah memaafkan.
Saya juga sangat iri kepada orang-orang yang pada siang hari
beraktivitas penuh energi, namun saat dini hari ia menangis tiada henti.
Mereka tampak tegar, kuat dan penuh wibawa di hadapan manusia, namun ia
merasa amat lemah dan tak berdaya di hadapan Sang Pencipta. Mereka
rindu serindu-rindunya kelak berjumpa dengan-Nya namun tidak melupakan
berinteraksi dengan hamba-hamba ciptaan-Nya di dunia.
Saya pun iri kepada orang-orang yang namanya tidak begitu dikenal di
dunia maya, media masa atau elektronik namun kebaikannya melebihi
kebanyakan orang. Mereka tidak berburu tepuk tangan manusia tapi hanya
berupaya agar malaikat pencatat kebaikan sibuk bekerja. Nama mereka
boleh jadi tidak dikenal oleh kebanyakan penduduk bumi namun kemungkinan
besar mereka dicintai penduduk langit.
Saya malu kepada mereka, sebab saya terkadang hanya sesekali melakukan
kebaikan tetapi dipamerkan berkali-kali. Terkadang juga saya hanya
berbagi beberapa lembar rupiah namun sudah buru-buru dipromosikan di
social media dan orang-orang di sekitar saya. Ah, saya bukan hanya malu
tetapi juga sangat iri kepada mereka…
Mari kita semua berlomba iri untuk sesuatu yang berorientasi prestasi
dan kebaikan bukan kepada sesuatu yang lebih bersifat materi atau
kebendaan. Iri kepada sesuatu yang bersifat prestasi dan kebaikan akan
memungkinkan hidup kita berpeluang terus tumbuh dan berkembang. Tetapi
iri kepada sesuatu yang bersifat materi atau kebendaan bisa membuat
hidup kita semakin serakah dan jauh dari berkah.
Upayakan iri
kita mendatangkan cinta-Nya bukan menambah beban kehidupan yang semakin
menyiksa. Apakah Anda iri juga seperti saya? Marilah kita tiru
kehidupan orang yang telah membuat kita iri. Setuju?